Proses ini menggunakan algoritma hashing misalnya, SHA-256 pada jaringan Bitcoin untuk menemukan nilai hash tertentu yang memenuhi kriteria sistem.
Miner pertama yang berhasil menemukan hash yang sesuai, akan:
- Menyebarkan blok ke seluruh jaringan.
- Menerima block reward (hadiah koin baru).
- Mendapat transaction fee dari setiap transaksi di blok tersebut.
Proses ini membuat blockchain aman dan sulit dimanipulasi, karena untuk mengubah satu transaksi saja, seseorang harus menghitung ulang seluruh hash dari semua blok berikutnya tugas yang secara komputasi hampir mustahil.
Jenis-Jenis Mining dalam Dunia Kripto
Solo Mining
Metode paling tradisional di mana seorang individu menambang sendiri dengan perangkat miliknya.
Kelebihan:
- Tidak perlu berbagi reward.
- Kekurangan:
- Peluang kecil untuk menemukan blok baru, kecuali memiliki perangkat super kuat.
Pool Mining
Bentuk kerja sama antar penambang untuk menggabungkan kekuatan komputasi (hash rate). Jika pool berhasil menemukan blok, reward dibagi sesuai kontribusi masing-masing anggota.
Kelebihan:
- Aliran reward lebih konsisten.
- Kekurangan:
- Harus membayar biaya (fee) ke operator pool.
Cloud Mining
Metode di mana pengguna menyewa kekuatan komputasi dari perusahaan penyedia layanan mining. Cocok untuk mereka yang tidak ingin membeli perangkat mahal atau mengurus listrik.
Kelebihan:
- Praktis, tanpa perangkat fisik.
- Kekurangan:
- Risiko tinggi terhadap penipuan (scam) atau layanan tidak transparan.
Perangkat dan Teknologi yang Digunakan
Mining kripto membutuhkan perangkat keras dengan kemampuan tinggi. Tiga tipe utama yang digunakan adalah:
CPU Mining
Metode tertua yang menggunakan prosesor komputer biasa. Efisien di masa awal Bitcoin, namun kini sudah tidak relevan karena difficulty meningkat drastis.
GPU Mining
Menggunakan kartu grafis (GPU). GPU mampu melakukan ribuan kalkulasi per detik, menjadikannya pilihan populer untuk menambang koin seperti Ethereum Classic, Ravencoin, atau Ergo.
ASIC Mining (Application-Specific Integrated Circuit)
Perangkat yang dirancang khusus untuk satu algoritma, misalnya SHA-256 untuk Bitcoin.
ASIC jauh lebih cepat dan efisien, tapi juga mahal dan cepat usang ketika muncul model baru.
Selain perangkat keras, faktor-faktor seperti:
- Konsumsi listrik
- Sistem pendingin
- Lokasi dengan biaya energi rendah
- menentukan profitabilitas mining secara keseluruhan.
Reward dan Insentif dalam Mining
Motivasi utama para penambang adalah block reward imbalan berupa koin baru yang dihasilkan setiap kali blok berhasil ditambang.
Misalnya, di jaringan Bitcoin, setiap blok baru memberikan reward 3,125 BTC (per 2024, setelah halving). Angka ini akan terus berkurang setiap empat tahun hingga total suplai Bitcoin mencapai batas maksimum 21 juta.
Selain block reward, penambang juga mendapat transaction fee dari setiap transaksi dalam blok tersebut.Total pendapatan = Block Reward + Transaction Fee.
Semakin banyak transaksi dan semakin padat jaringan, semakin besar pula biaya transaksi yang diterima penambang.
Tantangan dan Isu dalam Mining
a. Konsumsi Energi
Mining PoW terkenal boros energi. Beberapa riset menunjukkan jaringan Bitcoin mengonsumsi listrik setara negara kecil seperti Austria.
Isu inilah yang memunculkan debat besar antara efisiensi energi dan keamanan desentralisasi.
b. Sentralisasi Hash Power
Walau blockchain bersifat desentralisasi, kenyataannya banyak kekuatan komputasi global terpusat di wilayah tertentu seperti Tiongkok (sebelum larangan), Kazakhstan, dan AS.
Ketika satu entitas menguasai >50% hash rate, potensi serangan 51% bisa muncul.
c. Regulasi
Beberapa negara melarang mining karena dianggap boros energi atau berisiko terhadap stabilitas listrik. Namun ada juga yang menyambut mining sebagai peluang investasi. Contohnya, El Salvador dan beberapa negara Amerika Latin mulai memanfaatkan energi panas bumi untuk green mining.
Transisi ke Proof of Stake dan Masa Depan Mining
Banyak blockchain baru, termasuk Ethereum setelah The Merge, beralih dari Proof of Work (PoW) ke Proof of Stake (PoS).
PoS tidak lagi membutuhkan perangkat besar untuk menambang. Validasi dilakukan oleh “validator” yang mempertaruhkan (staking) sejumlah token.
Meski begitu, mining tidak akan sepenuhnya hilang.
- Bitcoin tetap bertahan dengan sistem PoW.
- Beberapa proyek baru (seperti Kaspa, Ergo, atau Monero) masih memanfaatkan mining GPU sebagai mekanisme keamanan utama.
Ke depan, inovasi seperti green mining dan AI-assisted optimization berpotensi menjadikan mining lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kesimpulan: Mining, Fondasi dari Desentralisasi Blockchain
Mining adalah jantung ekosistem blockchain memastikan transaksi valid, jaringan aman, dan desentralisasi tetap terjaga.
Meskipun menghadapi tantangan energi dan regulasi, perannya sebagai mekanisme kepercayaan digital tidak tergantikan.
Dalam jangka panjang, evolusi mining akan berjalan seiring dengan kemajuan teknologi energi dan algoritma blockchain. Dari CPU ke GPU hingga ASIC, dan kini ke arah green mining, semuanya menunjukkan satu hal: inovasi dalam kripto tidak pernah berhenti.
Mining bukan hanya soal “mendapatkan koin”, melainkan tentang menjaga nilai fundamental dari dunia kripto transparansi, keamanan, dan desentralisasi.