Mengapa Blockchain Interoperability Sangat Penting untuk Masa Depan

Published Date:December 10, 2025Read Time:6 menit
profile picture

DRX Admin

Mengapa Blockchain Interoperability Sangat Penting untuk Masa Depan

Di dunia digital, miliaran data berpindah tempat setiap hari. Data-data ini disimpan di berbagai sistem dan platform. Salah satu teknologi baru yang muncul untuk menyimpan data adalah blockchain.

Blockchain adalah database digital terdesentralisasi yang berfungsi menyimpan data di sebuah jaringan komputer dengan cara yang transparan dan tidak bisa dimanipulasi.

Namun, saking banyaknya data dan blockchain, muncul kebutuhan baru. Tiap blockchain harus bisa berkomunikasi dengan satu sama lain agar data bisa dipindahkan dengan efisien. Inilah yang disebut interoperability.

Blockchain interoperability jadi salah satu fokus utama dalam pengembangan teknologi blockchain. Mengapa interoperability sangat penting? Artikel ini akan membahas mengapa blockchain butuh interoperability dan pengaruhnya pada ekosistem Web3.

Ringkasan Singkat:

  1. Interoperability adalah kemampuan berbagai jaringan blockchain untuk saling berinteraksi.
  2. Dengan interoperability, berbagai blockchain bisa saling bekerja sama, bertukar data, dan bertransaksi.
  3. Teknologi utama dalam mewujudkan blockchain interoperability adalah cross-chain bridge. Ada pula sidechain, atomic swap, relay chain, dan oracle.

Apa Itu Interoperability?

Definisi Blockchain Interoperability

Interoperability adalah kemampuan berbagai jaringan blockchain untuk saling berkomunikasi, bertukar data, dan bekerja sama tanpa perlu perantara pihak ketiga.

Secara fundamental, teknologi blockchain tidak fleksibel. Artinya, suatu blockchain tidak bisa berinteraksi dengan blockchain lain. Namun, tiap blockchain punya karakteristik dan kegunaan yang berbeda, sehingga terkadang sebuah sistem butuh integrasi dua blockchain atau lebih.

Mengapa Blockchain interoperability Itu Penting?

Ada beberapa alasan mengapa blockchain interoperability sangat penting di ekosistem Web3.

  1. Kompatibilitas: Interoperability membuat berbagai blockchain saling kompatibel dan bisa saling diintegrasikan.
  2. Kolaborasi: Dengan interoperability, berbagai blockchain bisa dipakai bersamaan untuk membangun sistem kompleks.
  3. Sirkulasi Data: Interoperability membuat pertukaran data antar blockchain lebih mudah dan cepat.
  4. Standardisasi: Interoperability mendukung standardisasi protokol agar sistem-sistem baru bisa berintegrasi dengan ekosistem dengan lebih mudah.
  5. Inovasi: Interoperability memfasilitasi pembuatan platform Decentralized FInance (DeFi) maupun Decentralized Exchange (DEX) cross-chain.

Masalah Data Silo di Internet

Setiap perusahaan menyimpan miliaran data di beragam sistem dan platform. Namun, ledakan data ini memunculkan salah satu masalah terbesar di dunia internet saat ini: fragmentasi data.

Artinya, data tersimpan di sistem-sistem tertutup yang dikenal sebagai data silo). Hal ini memperlambat akses terhadap data, mengurangi efisiensi, dan berpotensi mengkompromi integritas data.

Blockchain Interoperability Sebagai Solusi Data Silo

Blockchain jadi solusi data silo dengan menghadirkan cara penyimpanan data baru yang transparan dan terdesentralisasi. Kini, data tidak lagi disimpan di silo-silo terisolasi, tetapi didistribusikan di jaringan node.

Dengan begitu, setiap node punya akses ke data real-time. Blockchain juga tidak butuh pihak ketiga sentral untuk mengelola data.

DHL Trend Research menunjukkan bagaimana blockchain sudah dipakai untuk mengatasi data silo di berbagai industri.

  1. Layanan Masyarakat: Blockchain bisa jadi database untuk menyimpan identitas masyarakat dengan aman dan mencegah kebocoran atau manipulasi data.
  2. Retail: Supply chain jadi lebih transparan, sehingga konsumer lebih memahami alur produksi barang yang mereka beli.
  3. Kesehatan: Data pasien disimpan di blockchain yang aman dan tidak bisa dimodifikasi oleh pihak manapun. Tiap pasien juga bisa mengontrol data medis masing-masing.
  4. Otomotif: Inovasi digital twin yang memungkinkan pengguna mendokumentasi aset fisik berdasarkan performa historis, masa kini, dan perkiraan masa depan.
  5. Energi: Memungkinkan pengelolaan energi yang lebih efisien, misalnya melalui utility grid yang dikelola individu atau pertukaran energi peer-to-peer.

Teknologi Penghubung Blockchain

Berbagai teknologi sudah dikembangkan untuk mencapai blockchain interoperability.

Cross-Chain Bridge

Pendekatan paling umum untuk mewujudkan blockchain interoperability. Bridge adalah protokol atau smart contract yang memfasilitasi perpindahan data antara dua blockchain atau lebih.

Cara kerja bridge adalah dengan “mengunci” sebuah data dari blockchain asal dan membuat (mint) versi wrapped dari aset tersebut di blockchain tujuan.

Misalnya, untuk mentransfer BTC dari blockchain Bitcoin ke Ethereum, pengguna mengunci BTC di sebuah smart contract. Lalu, ia menerima wBTC (Wrapped Bitcoin) di Ethereum.

Bridge dibagi menjadi dua:

  1. Trusted Bridge: Mekanisme dijalankan oleh entitas sentral terpercaya, seperti exchange atau clearing house.
  2. Trustless Bridge: Dioperasikan oleh jaringan smart contract dan relayer yang bekerja sama untuk menghubungkan jaringan-jaringan blockchain.

Sidechain

Sidechain adalah blockchain sekunder yang terhubung dengan blockchain utama lewat patokan dua arah. Aset bisa ditransfer antara sidechain dan chain utama.

Sidechain bisa punya konsensus yang berbeda maupun sama dengan chain induknya. Teknologi ini sering dipakai sebagai tempat uji coba fitur-fitur baru tanpa memengaruhi chain utama.

Relay Chain

Komponen utama dalam arsitektur multi-chain (dikenal dengan sebutan parachain). Relay chain adalah tulang punggung yang memungkinkan berbagai blockchain saling berkomunikasi dan berbagi informasi.

Atomic Swap

Metode yang memungkinkan transaksi cross-chain berdasarkan Hashed Timelock Contract (HTLC), sejenis smart contract yang membutuhkan persetujuan penerima dalam rentang waktu tertentu.

Atomic Swap melibatkan dua HTLC di dua blockchain yang terlibat dalam transaksi. Hash lock dan time lock digunakan untuk memastikan transaksi terjadi secara bersamaan dan otomatis di kedua sisi.

Oracle

Oracle adalah layanan pihak ketiga yang menyediakan smart contract yang terhubung dengan data dunia nyata.

Fungsinya adalah menghubungkan blockchain (yang berbasis di dunia maya) dengan informasi eksternal agar smart contract bisa diekseksui berdasarkan data real-time.

Protokol Interoperability

Ada berbagai protokol yang dirancang khusus untuk interoperability.

  1. Polkadot: Menggunakan parachain dan relay chain agar jaringan blockchain bisa saling berkomunikasi.
  2. Cosmos: Menggunakan protokol Inter-Blockchain Communication (IBC) untuk memfasilitasi interoperability.
  3. LayerZero: Memfasilitasi komunikasi cross-chain yang instan dan hemat biaya.
  4. Chainlink: Menggunakan Cross-Chain Interoperability Protocol (CCIP) memungkinkan pengiriman data, perintah, dan token lintas blockchain secara efektif.

Tantangan Blockchain Interoperability

Blockchain interoperability belum sempurna. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi dalam usaha mencapai blockchain interoperability.

Keamanan

Masih banyak cross-chain bridge yang mengutamakan kecepatan, bukan keamanan. Padahal, bridge berfungsi sebagai penghubung komunikasi antara dua jaringan. Maka, kelemahan atau error di satu sistem bisa berdampak ke ekosistem blockchain lain.

Trust Model Berbeda

Tiap blockchain punya trust model yang berbeda. Ada yang diverifikasi oleh ribuan miner, ada yang cuma didukung beberapa puluh miner saja.

Jika aset ditransfer dari blockchain yang lebih rentan ke blockchain yang aman, blockchain yang kuat bisa dimanipulasi oleh pihak luar.

Teknologi Rumit

Tiap blockchain punya solusi keamanan, algoritma konsensus, dan bahasa pemrograman berbeda. Mempertahankan interoperability antara berbagai layer dan bridge ini bisa memengaruhi performa jaringan jika skalanya bertambah besar.

Kurangnya Standardisasi

Masih belum ada standarisasi bagi protokol yang memungkinkan interoperability. Jadi, integrasi berbagai proyek masih lambat dan likuiditas di tiap blockchain juga masih berbeda.

Dampak Blockchain Interoperability Pada Ekosistem Web3

Blockchain interoperability punya dampak besar terhadap aplikasi dan platform yang ada di ekosistem Web3. Ini hal-hal yang bisa dicapai dengan blockchain interoperability.

Meningkatkan User Experience

Memindahkan aset dari satu blockchain ke blockchain lain jadi lebih cepat dan mudah. Bagi pemula di dunia Web3, kehadiran interoperability membuat ekosistem Web3 lebih mudah dimengerti dan dijelajahi.

Meningkatkan Likuiditas

Sebelum kehadiran interoperability, sebuah token hanya bisa digunakan di ekosistem blockchain-nya sendiri. Hal ini menimbulkan persaingan antar blockchain.

Namun, interoperability menawarkan solusi dengan memungkinkan token ditransfer antar blockchain dan meningkatkan likuiditasnya. Kegunaan sebuah token pun jadi jauh lebih luas.

Mempercepat Inovasi

Developer bisa berinovasi dengan lebih mudah karena punya akses menyeluruh ke berbagai blockchain dengan fungsi dan fitur berbeda. Di kemudian hari, integrasi banyak blockchain ini bisa melahirkan dApp (Decentralized Application) canggih yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Implementasi Token Pool Luas

Dengan blockchain interoperability, developer bisa membangun token pool yang berisi berbagai jenis token yang bisa berpindah-pindah jaringan dengan mudah. Developer cukup mengelola satu pool besar daripada banyak pool kecil di blockchain berbeda-beda.

Mempercepat Komunikasi Antar-Blockchain

Pada dasarnya, blockchain adalah sistem tertutup yang tidak bisa mengakses informasi di luar blockchain. Namun, dengan teknologi interoperability, informasi bisa disalurkan dengan lebih mudah.

Selain itu, berbagai blockchain bisa saling berkomunikasi dan bekerja sama untuk merancang sistem-sistem kompleks.

Baca Juga: Apa Itu Web3 Crypto: Masa Depan Internet dan Ekonomi Digital Terdesentralisasi

FAQ

Apakah blockchain interoperability aman?

Blockchain interoperability bisa menciptakan celah keamanan karena menghubungkan dua blockchain berbeda. Kerentanan yang dialami sebuah blockchain bisa berdampak ke blockchain lain yang terhubung dengannya.

Namun, bukan berarti blockchain interoperability tidak aman sama sekali. Hanya saja, developer harus berhati-hati dalam menghubungkan blockchain berbeda dan memastikan kedua blockchain telah melalui audit pihak ketiga.

Bagaimana cara mewujudkan blockchain interoperability?

Blockchain interoperability bisa diwujudkan dengan penerapan cross-chain bridge yang menyeluruh dan terpercaya. Berbagai protokol seperti Polkadot, Cosmos, dan LayerZero dirancang khusus untuk menghubungkan berbagai blockchain dan mencapai interoperability.

Apa itu data silo?

Data silo adalah sebutan bagi kumpulan data yang terisolasi dari departmen, sistem, atau unit bisnis lain. Data yang tersimpan di silo lebih sulit diakses, dianalisis, dan dikelola.

Bagaimana masa depan blockchain interoperability?

Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan akan blockchain interoperability akan terus meningkat. Decentralized Finance, NFT, dan perusahaan blockchain akan terus mengembangkan solusi-solusi interoperability untuk memenuhi kebutuhan blockchain yang terus bertambah dengan skala besar.

Kesimpulan

Interoperability dalam blockchain bukan sekadar fitur tambahan untuk kenyamanan, melainkan hal krusial dalam pembangunan ekosistem Web3 berbasis blockchain yang efisien, cepat, dan saling terhubung.

Interoperability memungkinkan transaksi, transfer data, dan komunikasi antar blockchain yang cepat, sehingga perekonomian digital dan inovasi dApp bisa bergerak pesat.

Interoperability adalah faktor wajib dalam membangun dunia Metaverse yang canggih. Apa itu Metaverse? Simak penjelasan lengkapnya di artikel: Apa Itu Metaverse: Dunia Digital Baru di Era Web3 dan Blockchain.