- Kompatibilitas: Interoperability membuat berbagai blockchain saling kompatibel dan bisa saling diintegrasikan.
- Kolaborasi: Dengan interoperability, berbagai blockchain bisa dipakai bersamaan untuk membangun sistem kompleks.
- Sirkulasi Data: Interoperability membuat pertukaran data antar blockchain lebih mudah dan cepat.
- Standardisasi: Interoperability mendukung standardisasi protokol agar sistem-sistem baru bisa berintegrasi dengan ekosistem dengan lebih mudah.
- Inovasi: Interoperability memfasilitasi pembuatan platform Decentralized FInance (DeFi) maupun Decentralized Exchange (DEX) cross-chain.
Masalah Data Silo di Internet
Setiap perusahaan menyimpan miliaran data di beragam sistem dan platform. Namun, ledakan data ini memunculkan salah satu masalah terbesar di dunia internet saat ini: fragmentasi data.
Artinya, data tersimpan di sistem-sistem tertutup yang dikenal sebagai data silo). Hal ini memperlambat akses terhadap data, mengurangi efisiensi, dan berpotensi mengkompromi integritas data.
Blockchain Interoperability Sebagai Solusi Data Silo
Blockchain jadi solusi data silo dengan menghadirkan cara penyimpanan data baru yang transparan dan terdesentralisasi. Kini, data tidak lagi disimpan di silo-silo terisolasi, tetapi didistribusikan di jaringan node.
Dengan begitu, setiap node punya akses ke data real-time. Blockchain juga tidak butuh pihak ketiga sentral untuk mengelola data.
DHL Trend Research menunjukkan bagaimana blockchain sudah dipakai untuk mengatasi data silo di berbagai industri.
- Layanan Masyarakat: Blockchain bisa jadi database untuk menyimpan identitas masyarakat dengan aman dan mencegah kebocoran atau manipulasi data.
- Retail: Supply chain jadi lebih transparan, sehingga konsumer lebih memahami alur produksi barang yang mereka beli.
- Kesehatan: Data pasien disimpan di blockchain yang aman dan tidak bisa dimodifikasi oleh pihak manapun. Tiap pasien juga bisa mengontrol data medis masing-masing.
- Otomotif: Inovasi digital twin yang memungkinkan pengguna mendokumentasi aset fisik berdasarkan performa historis, masa kini, dan perkiraan masa depan.
- Energi: Memungkinkan pengelolaan energi yang lebih efisien, misalnya melalui utility grid yang dikelola individu atau pertukaran energi peer-to-peer.
Teknologi Penghubung Blockchain
Berbagai teknologi sudah dikembangkan untuk mencapai blockchain interoperability.
Cross-Chain Bridge
Pendekatan paling umum untuk mewujudkan blockchain interoperability. Bridge adalah protokol atau smart contract yang memfasilitasi perpindahan data antara dua blockchain atau lebih.
Cara kerja bridge adalah dengan “mengunci” sebuah data dari blockchain asal dan membuat (mint) versi wrapped dari aset tersebut di blockchain tujuan.
Misalnya, untuk mentransfer BTC dari blockchain Bitcoin ke Ethereum, pengguna mengunci BTC di sebuah smart contract. Lalu, ia menerima wBTC (Wrapped Bitcoin) di Ethereum.
Bridge dibagi menjadi dua:
- Trusted Bridge: Mekanisme dijalankan oleh entitas sentral terpercaya, seperti exchange atau clearing house.
- Trustless Bridge: Dioperasikan oleh jaringan smart contract dan relayer yang bekerja sama untuk menghubungkan jaringan-jaringan blockchain.
Sidechain
Sidechain adalah blockchain sekunder yang terhubung dengan blockchain utama lewat patokan dua arah. Aset bisa ditransfer antara sidechain dan chain utama.
Sidechain bisa punya konsensus yang berbeda maupun sama dengan chain induknya. Teknologi ini sering dipakai sebagai tempat uji coba fitur-fitur baru tanpa memengaruhi chain utama.
Relay Chain
Komponen utama dalam arsitektur multi-chain (dikenal dengan sebutan parachain). Relay chain adalah tulang punggung yang memungkinkan berbagai blockchain saling berkomunikasi dan berbagi informasi.
Atomic Swap
Metode yang memungkinkan transaksi cross-chain berdasarkan Hashed Timelock Contract (HTLC), sejenis smart contract yang membutuhkan persetujuan penerima dalam rentang waktu tertentu.
Atomic Swap melibatkan dua HTLC di dua blockchain yang terlibat dalam transaksi. Hash lock dan time lock digunakan untuk memastikan transaksi terjadi secara bersamaan dan otomatis di kedua sisi.
Oracle
Oracle adalah layanan pihak ketiga yang menyediakan smart contract yang terhubung dengan data dunia nyata.
Fungsinya adalah menghubungkan blockchain (yang berbasis di dunia maya) dengan informasi eksternal agar smart contract bisa diekseksui berdasarkan data real-time.
Protokol Interoperability
Ada berbagai protokol yang dirancang khusus untuk interoperability.
- Polkadot: Menggunakan parachain dan relay chain agar jaringan blockchain bisa saling berkomunikasi.
- Cosmos: Menggunakan protokol Inter-Blockchain Communication (IBC) untuk memfasilitasi interoperability.
- LayerZero: Memfasilitasi komunikasi cross-chain yang instan dan hemat biaya.
- Chainlink: Menggunakan Cross-Chain Interoperability Protocol (CCIP) memungkinkan pengiriman data, perintah, dan token lintas blockchain secara efektif.
Tantangan Blockchain Interoperability
Blockchain interoperability belum sempurna. Berikut beberapa tantangan yang dihadapi dalam usaha mencapai blockchain interoperability.
Keamanan
Masih banyak cross-chain bridge yang mengutamakan kecepatan, bukan keamanan. Padahal, bridge berfungsi sebagai penghubung komunikasi antara dua jaringan. Maka, kelemahan atau error di satu sistem bisa berdampak ke ekosistem blockchain lain.
Trust Model Berbeda
Tiap blockchain punya trust model yang berbeda. Ada yang diverifikasi oleh ribuan miner, ada yang cuma didukung beberapa puluh miner saja.
Jika aset ditransfer dari blockchain yang lebih rentan ke blockchain yang aman, blockchain yang kuat bisa dimanipulasi oleh pihak luar.
Teknologi Rumit
Tiap blockchain punya solusi keamanan, algoritma konsensus, dan bahasa pemrograman berbeda. Mempertahankan interoperability antara berbagai layer dan bridge ini bisa memengaruhi performa jaringan jika skalanya bertambah besar.
Kurangnya Standardisasi
Masih belum ada standarisasi bagi protokol yang memungkinkan interoperability. Jadi, integrasi berbagai proyek masih lambat dan likuiditas di tiap blockchain juga masih berbeda.
Dampak Blockchain Interoperability Pada Ekosistem Web3
Blockchain interoperability punya dampak besar terhadap aplikasi dan platform yang ada di ekosistem Web3. Ini hal-hal yang bisa dicapai dengan blockchain interoperability.
Meningkatkan User Experience
Memindahkan aset dari satu blockchain ke blockchain lain jadi lebih cepat dan mudah. Bagi pemula di dunia Web3, kehadiran interoperability membuat ekosistem Web3 lebih mudah dimengerti dan dijelajahi.
Meningkatkan Likuiditas
Sebelum kehadiran interoperability, sebuah token hanya bisa digunakan di ekosistem blockchain-nya sendiri. Hal ini menimbulkan persaingan antar blockchain.
Namun, interoperability menawarkan solusi dengan memungkinkan token ditransfer antar blockchain dan meningkatkan likuiditasnya. Kegunaan sebuah token pun jadi jauh lebih luas.
Mempercepat Inovasi
Developer bisa berinovasi dengan lebih mudah karena punya akses menyeluruh ke berbagai blockchain dengan fungsi dan fitur berbeda. Di kemudian hari, integrasi banyak blockchain ini bisa melahirkan dApp (Decentralized Application) canggih yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Implementasi Token Pool Luas
Dengan blockchain interoperability, developer bisa membangun token pool yang berisi berbagai jenis token yang bisa berpindah-pindah jaringan dengan mudah. Developer cukup mengelola satu pool besar daripada banyak pool kecil di blockchain berbeda-beda.
Mempercepat Komunikasi Antar-Blockchain
Pada dasarnya, blockchain adalah sistem tertutup yang tidak bisa mengakses informasi di luar blockchain. Namun, dengan teknologi interoperability, informasi bisa disalurkan dengan lebih mudah.
Selain itu, berbagai blockchain bisa saling berkomunikasi dan bekerja sama untuk merancang sistem-sistem kompleks.
Baca Juga: Apa Itu Web3 Crypto: Masa Depan Internet dan Ekonomi Digital Terdesentralisasi
FAQ
Apakah blockchain interoperability aman?
Blockchain interoperability bisa menciptakan celah keamanan karena menghubungkan dua blockchain berbeda. Kerentanan yang dialami sebuah blockchain bisa berdampak ke blockchain lain yang terhubung dengannya.
Namun, bukan berarti blockchain interoperability tidak aman sama sekali. Hanya saja, developer harus berhati-hati dalam menghubungkan blockchain berbeda dan memastikan kedua blockchain telah melalui audit pihak ketiga.
Bagaimana cara mewujudkan blockchain interoperability?
Blockchain interoperability bisa diwujudkan dengan penerapan cross-chain bridge yang menyeluruh dan terpercaya. Berbagai protokol seperti Polkadot, Cosmos, dan LayerZero dirancang khusus untuk menghubungkan berbagai blockchain dan mencapai interoperability.
Apa itu data silo?
Data silo adalah sebutan bagi kumpulan data yang terisolasi dari departmen, sistem, atau unit bisnis lain. Data yang tersimpan di silo lebih sulit diakses, dianalisis, dan dikelola.
Bagaimana masa depan blockchain interoperability?
Seiring perkembangan teknologi, kebutuhan akan blockchain interoperability akan terus meningkat. Decentralized Finance, NFT, dan perusahaan blockchain akan terus mengembangkan solusi-solusi interoperability untuk memenuhi kebutuhan blockchain yang terus bertambah dengan skala besar.
Kesimpulan
Interoperability dalam blockchain bukan sekadar fitur tambahan untuk kenyamanan, melainkan hal krusial dalam pembangunan ekosistem Web3 berbasis blockchain yang efisien, cepat, dan saling terhubung.
Interoperability memungkinkan transaksi, transfer data, dan komunikasi antar blockchain yang cepat, sehingga perekonomian digital dan inovasi dApp bisa bergerak pesat.
Interoperability adalah faktor wajib dalam membangun dunia Metaverse yang canggih. Apa itu Metaverse? Simak penjelasan lengkapnya di artikel: Apa Itu Metaverse: Dunia Digital Baru di Era Web3 dan Blockchain.