a. Tujuan
Bitcoin diciptakan dengan tujuan menghadirkan alternatif dari mata uang fiat. Nilainya yang mudah naik turun membuat Bitcoin digunakan sebagai alat investasi dan perlindungan dari inflasi. Di sisi lain, stablecoin justru diciptakan sebagai solusi atas Bitcoin yang volatil.
b. Manajemen
Bitcoin adalah mata uang terdesentralisasi. Artinya, mata uang ini beroperasi tanpa satu entitas pengendali. Sementara kebanyakan stablecoin top justru tersentralisasi. Sebab, koin dihasilkan dan dikendalikan oleh satu entitas pengendali. Contohnya, USDT diciptakan oleh Tether Limited.
c. Interoperabilitas
Interoperabilitas berarti kemampuan banyak blockchain untuk berkomunikasi. Bitcoin dijalankan dalam jaringan blockchain-nya sendiri, sementara stablecoin bisa dioperasikan di banyak blockchain berbeda.
Jenis-jenis Stablecoin
Stablecoin dibagi jadi 4 jenis berdasarkan jenis aset cadangan yang menstabilkan nilainya.
Stablecoin dengan Jaminan Mata Uang Fiat
Stablecoin jenis pertama dipatok dengan mata uang fiat seperti dolar AS. Aset cadangan ini disimpan oleh kustodian independen yang diaudit secara rutin.
Beberapa contoh paling terkenal dari stablecoin jenis ini adalah Tether (USDT) dan USDC, yang sama-sama menggunakan dolar AS sebagai aset cadangan.
Stablecoin dengan Jaminan Komoditas
Jenis stablecoin yang kedua adalah stablecoin yang dijamin komoditas seperti emas dan minyak. Komoditasnya dipegang oleh kustodian pihak ketiga atau badan investasi terkait.
Salah satu contoh paling terkenal dari stablecoin jenis ini adalah Tether Gold (XAUt) yang dijamin emas.
Stablecoin dengan Jaminan Cryptocurrency
Stablecoin jenis ini menggunakan aset crypto lain sebagai cadangan. Contohnya ada MakerDAO yang dijamin dengan dolar AS, tetapi juga didukung Ethereum dan mata uang crypto lain.
Mengingat volatilitas aset crypto yang jadi jaminan, stablecoin jenis ini umumnya dijamin secara berlebih. Artinya, patokan harganya tidak 1:1. Nilai mata uang crypto yang jadi jaminan biasanya melebihi nilai stablecoin itu sendiri.
Stablecoin Algoritmik
Stablecoin algoritmik bisa punya aset cadangan, tetapi bisa juga tidak. Untuk menjaga stabilitas stablecoin jenis ini, digunakan algoritma yang menjalankan rumus yang sudah ditetapkan.
Sekilas, ini tidak ada bedanya dengan bank sentral yang tidak punya aset cadangan untuk menetapkan nilai mata uang. Bedanya, bank sentral menetapkan ketentuan moneter berdasarkan parameter-parameter yang sudah dipahami bersama.
Ditambah lagi, posisi bank sentral sebagai pemegang tender yang resmi membuat ketentuan yang dikeluarkan lebih kredibel.
Sementara itu, stablecoin algoritmik tidak punya keuntungan ini jika nilainya jatuh saat ada krisis. Contohnya TerraUSD (UST), sebuah stablecoin algoritmik yang nilainya sempat meluncur lebih dari 60% pada tahun 2022 lalu. Akibatnya, patokan koin ini terhadap dolar AS gugur.
Kelebihan dan Kekurangan Stablecoin
Mengingat sifat utama stablecoin yang nilainya dipatok pada suatu aset cadangan, mata uang crypto ini punya beberapa kelebihan dan kekurangan. Pertimbangkan hal-hal berikut sebelum berinvestasi pada stablecoin.
Kelebihan Stablecoin
- Harga lebih stabil, sehingga cocok untuk transaksi sehari-hari.
- Terintegrasi dengan DeFi dan cocok untuk berbagai jenis transaksi seperti utang-piutang dan yield farming.
- Punya likuiditas yang tinggi, sehingga fleksibel bagi trader.
Kekurangan Stablecoin
- Ada kemungkinan nilai stablecoin menjauh dari patokan (de-pegging) karena pasar yang fluktuatif.
- Kebanyakan aset stablecoin tersentralisasi, sehingga pemegang mata uang ini harus percaya penerbit aset punya cadangan koin yang cukup untuk beroperasi secara berkelanjutan.
- Manajemen yang buruk, ketiadaan transparansi, atau tindakan penipuan bisa memengaruhi stabilitas aset stablecoin yang dijamin mata uang fiat.
Perbandingan USDT vs USDC
Tether (USDT) dan USDC adalah dua mata uang stablecoin dengan jaminan dolar AS yang terkenal. Yang mana yang lebih cocok jadi aset investasi? Perhatikan perbandingan berikut sebelum membuat keputusan.
Kelebihan dan Kekurangan USDT
USDT atau Tether diterbitkan oleh Tether Limited dan merupakan stablecoin pertama di pasar. USDT juga merupakan stablecoin dengan kapitalisasi pasar terbesar. Aset cadangannya adalah campuran antara dolar AS, obligasi, dan aset lainnya.
USDT punya beberapa keunggulan sebagai berikut:
- Likuiditas tinggi karena kapitalisasi pasar yang lebih besar.
- Tersedia di banyak jaringan seperti Ethereum, Solana, Binance Smart Chain, dan lain-lain.
- Digunakan secara luas di berbagai platform DeFi.
Selanjutnya, berikut kekurangan USDT:
- Kurang transparansi, sebab tidak ada audit berkala yang menunjukkan ketersediaan aset cadangan secara pasti.
- Tether beberapa kali terlibat kontroversi hukum terkait transparansinya.
- Ada risiko de-pegging dan kekhawatiran kalau aset cadangan tidak sepenuhnya sesuai dengan jumlah USDT yang beredar.
Kelebihan dan Kekurangan USDC
USDC atau USD Coin diterbitkan oleh Circle yang bekerja sama dengan Coinbase melalui Centre Concorcium. Aset ini didukung 100% oleh dolar AS tunai dan obligasi pemerintah AS. Kapitalisasi pasarnya adalah yang kedua terbesa setelah USDT.
Berikut keunggulan stablecoin USDC:
- Punya transparansi tinggi, karena Circle menerbitkan laporan audit rutin tentang aset cadangan stablecoin ini.
- Punya standar kepatuhan atas regulasi yang lebih tinggi dariipada USDT.
- Regulasi lebih jelas, sehingga lebih banyak dipercaya institusi.
Selanjutnya, USDC memiliki kekurangan sebagai berikut:
- Likuiditasnya lebih kecil daripada USDT karena volume perdagangannya lebih kecil.
- Lebih terpusat dan penggunaannya diatur ketat.
USDT vs USDC
Antara USDT dan USDC, mana yang lebih baik? Tidak ada pemenang mutlak, sebab keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pilihlah stablecoin yang sesuai kebutuhan dan visi investasi.
- Bagi trader atau pengguna DeFi, USDT lebih cocok karena punya likuiditas lebih tinggi dan tersedia di berbagai platform.
- Bagi institusi atau investor jangka panjang, USDC adalah pilihan yang lebih aman karena punya transparansi dan tingkat kepatuhan yang tinggi.
- Bagi yang butuh transaksi murah di blockchain dengan cepat, keduanya bisa digunakan. Pakai USDT di jaringan Tron (TRC-20) dan USDC di jaringan Solana atau Algorand untuk mengurangi biaya transaksi.
Fungsi Stablecoin dalam Trading
Dalam dunia trading aset crypto, stablecoin menghadirkan fungsi fleksibilitas dan kendali yang menghadirkan rasa aman bagi trader. Ini dia beberapa fungsi stablecoin yang cukup penting dalam trading.
Hedging Saat Pasar Sedang Turun
Hedging adalah teknik melindungi aset crypto dari fluktuasi harga saat pasar tidak stabil. Dengan heding, trader bisa meminimalisasi risiko dan menutupi kerugian.
Ketika pasar sedang tidak stabil, banyak trader yang mengubah token volatil mereka jadi stablecoin. Dengan begitu, mereka bisa mengunci profit dan mengurangi kontak aset mereka dengan pasar yang tidak stabil tanpa harus mencairkan aset tersebut.
Setelah pasar membaik, trader bisa mengkonversi stablecoin jadi aset pilihan mereka kembali.
Dollar-Cost Averaging (DCA) Berbasis Stablecoin
Dollar-Cost Averaging adalah strategi untuk mengurangi risiko investasi di waktu yang buruk. Caranya dengan menyebar pembelian aset dalam interval waktu tertentu.
Stablecoin cocok dijadikan aset untuk strategi ini. Trader bisa menyimpan aset crypto mereka di blockchain tanpa harus mencairkannya jadi mata uang fiat.
Tempat Perhentian di Antara Kegiatan Trading
Saat seorang trader berada di transisi antara suatu kegiatan trading dengan trading lain, ia bisa menggunakan stablecoin sebagai tempat “memarkirkan” asetnya.
Risiko stablecoin lebih gampang dikendalikan dan mudah pula untuk dikonversi ke aset lain jika trader sudah siap untuk trading lagi.
FAQ: Pertanyaan Umum tentang Stablecoin
1. Apa yang terjadi kalau stablecoin kehilangan patokan?
Stablecoin yang kehilangan atau menjauh dari patokan aset cadangannya disebut de-pegging. Jika hal ini terjadi, stablecoin tersebut kemugkinan tidak akan kembali ke nilai asal. Namun jangan khawatir, stablecoin populer seperti USDT dan USDC kemungkinan tidak akan mengalami de-pegging. Aset-aset ini umumnya cuma mengalami fluktuasi minor.
2. Apakah stablecoin bisa jadi sumber pendapatan pasif?
Ya, stablecoin bisa digunakan dalam program staking atau pemberian pinjaman lewat platform exchange crypto dan DeFi. Anda bisa mendapat Annual Percentage Yield (APY) 3-12%.
3. Apakah stablecoin bebas dari risiko?
Tidak. Stablecoin tetap punya risiko berikut:
- Regulasi crypto yang terus berkembang.
- Perusahaan penerbit mengalami masalah keuangan.
- Aset cadangan stablecoin tidak didukung dengan baik.
- Risiko teknis seperti smart contract yang rentan.
Stablecoin populer seperti USDT dan USDC telah terbukti cukup stabil walau ada risiko-risiko seperti ini. Namun, risiko stablecoin tetap lebih tinggi daripada deposito tradisional.
4. Apakah stablecoin bisa digunakan untuk pengiriman uang secara internasional?
Ya, stablecoin semakin banyak digunakan untuk mengirim uang secara internasional karena jauh lebih cepat dengan biaya yang lebih murah. Pengirim dan penerima dana juga tidak perlu khawatir soal volatilitas selama proses transfer.
Kesimpulan
Stablecoin adalah jenis aset crypto yang harganya dipatok pada aset cadangan lain. Hal ini membuat stablecoin punya nilai yang lebih stabil dari aset crypto pada umumnya. Kehadiran stablecoin jadi opsi menarik bagi para trader dan investor untuk diversifikasi portofolio.
Ingin belajar lebih banyak soal stablecoin dan aset crypto lainnya? Kunjungi blog dan website DRX Token. Kami menggabungkan teknologi Web3 dengan dunia olahraga dan hiburan nyata. Jadi bagian dari DRX Community sekarang untuk mendapat akses ke berbagai merchandise dan event eksklusif, sekaligus keuntungan nyata melalui investasi!