Jakarta – September 2025. Momen menarik datang dari kawasan Asia ketika Kash Topan, pendiri DRX Group, bertemu secara privat dengan HRH Prince Jigyel Ugyen Wangchuck, Pangeran Bhutan. Pertemuan yang dibagikan lewat kanal resmi DRX di X (Twitter) pekan ini langsung menyedot perhatian publik, dari pengamat industri hingga komunitas yang lebih luas.
Pertemuan tertutup tersebut—yang diyakini berlangsung dalam rangkaian tur regional Kash Topan—oleh banyak analis dibaca sebagai sinyal berkembangnya kolaborasi lintas batas antara pasar berkembang dan generasi baru pengusaha. Bhutan sendiri selama ini dikenal dunia karena filosofi Gross National Happiness.
Namun belakangan, negara kecil di Himalaya ini juga makin banyak diperbincangkan karena langkah beraninya di dunia blockchain. Selain menjadi salah satu negara yang menambang Bitcoin menggunakan tenaga hidro, laporan terbaru menyebut Bhutan kini termasuk dalam tiga besar negara pemegang Bitcoin terbanyak di dunia
Bagi Kash Topan, yang lewat DRX Group mengembangkan berbagai inisiatif mulai dari inovasi blockchain, keuangan, kesehatan, hingga ekosistem berbasis komunitas, pertemuan dengan HRH Prince Jigyel Ugyen Wangchuck ini semakin menegaskan perannya sebagai penghubung antara inovator bisnis visioner dan tokoh berpengaruh kawasan.
Meski agenda resmi tidak dipublikasikan, sejumlah sumber menyebut pembicaraan menyinggung isu transformasi digital, inklusi keuangan, serta pemanfaatan blockchain yang relevan dengan visi pembangunan jangka panjang Bhutan.
Para pengamat menilai simbolisme dari pertemuan ini sama pentingnya dengan hasil konkret yang mungkin lahir kemudian. Dalam foto resmi yang dirilis, Kash Topan dan HRH Prince Jigyel Ugyen Wangchuck tampak memegang DRX Wear. Gestur sederhana ini langsung memicu spekulasi: mulai dari kemungkinan hadirnya DRX Token di Bhutan hingga sinyal ekspansi ekosistem DRX Group yang lebih luas dari inisiatif blockchain hingga lini gaya hidup seperti DRX Wear.
Bagi banyak pendukungnya, gambar tersebut dianggap simbol bagaimana DRX mulai membangun identitas sebagai lebih dari sekadar proyek token, melainkan sebuah brand dan gerakan dengan ambisi regional.
Unggahan singkat DRX di media sosial pun menuai ribuan reaksi dan komentar dari komunitas global. Hal ini semakin memperkuat posisi Kash Topan sebagai sosok inovator bisnis sekaligus jembatan budaya antara Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Apakah pertemuan ini akan berkembang menjadi kemitraan formal? Masih harus ditunggu. Namun yang jelas, persinggungan antara ambisi generasi muda dan kebijaksanaan HRH Prince Jigyel Ugyen Wangchuck sudah menjadi sorotan banyak pihak — sebuah tanda bahwa gelombang inovasi berikutnya di Asia Tenggara bisa lahir dari kolaborasi lintas batas yang berfokus pada manusia.
